A.
Komunikasi Diadik.
Komunikasi diadik disebut juga (two way communication) adalah proses
komunikasi yang terjadi secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua
orang lainnya yang saling berhadapan langsung (face to face). Dengan kata lain hal ini merupakan bentuk khusus komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi
diadik (dyadic communication) yang
hanya melibatkan dua individu,misalnya suami- istri, dua sejawat, guru-murid. Perlu
diingat komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang yang saling bergantian
menjadi komunikator ataupun komunikan.
Ada tiga bentuk dalam komunikasi
diadik ini, yaitu “percakapan, dialog dan wawancara”. Baik percakapan, dialog
maupun wawancara memiliki karakteristik masing-masing. “Percakapan berlangsung
dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi
yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya
lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang
lainnya pada posisi menjawab”.
Komunikasi diadik ini memiliki
ciri-ciri. Steward L. Tubbs dan Silvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005)
menjelaskan dua ciri komunikasi diadik. “Pertama, peserta komunikasi berada
dalam jarak yang dekat. Kedua, peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan
secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal”. Karena jarak
yang dekat ini, maka komunikator mengirimkan pesan secara spontan dan komunikan
menerima atau merespons pesan tersebut dengan secara spontan pula.
Ciri-ciri komunikasi
diadik adalah pihak- pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat;
pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerimapesan secara langsung dan
simultan. Ciri-ciri komunikasi diadik termasuk
adalah sebagai berikut ini:
a) Komunikasi dilakukan antara dua
orang atau tiga orang.
b) Komunikasi dilakukan langsung (face to face) atau kadang menggukan
media telepon.
c) Komunikator dapat berubah statusnya
menjadi komunikan, begitu juga sebaliknya komunikan dapat berubah menjadi
komunikator, dan seterusnya berputar berganti-ganti selama proses Komunikasi
Interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si pembawa pesan
atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message)
sebab dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan.
d) Efek komunikasi dapat
terlihat langsung, baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/menjawab)
maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat).
Bahasa tubuh atau kinesik
meliputi :
v Gestures (gerak-gerik), missal gerak sering membetulkan posisi duduk
tanda dari gelisah.
v Postures (sikap tubuh), missal di Indonesia dikenal:
·
Membusungkan dada
tandanya sombong.
·
Menundukan kepala
tandanya merendah.
·
Berdiri tegak tandanya
berani.
·
Bertopang dagu tandanya
bersedih.
·
Menadahkan tangan
tandanya bermohon, dan sebagainya.
v Facial expressions (ekspresi muka), misalnya :
·
Muka kaku disertai mata
terbelalak tanda dari takut.
·
Muka ditekan disertai
mata dikerutkan ke depan tanda dari muak.
·
Muka rileks disertai
senyum tanda dari bahagia.
·
Muka kencang disertai
mata melotot tanda dari marah.
v Symbolic clothing (pakaian simbolik), misalnya warna pakaian serba hitam
tandanya berkabung duka. Keberhasilan komunikasi diadik adalah dalam prosesnya
si komunikator harus berupaya menyamakan field
of reference dan frame of reference
dari komunikan, disamping itu kedua pihak harus mempunyai emphaty.
B.
Komunikasi Triadik.
Definisi tidak jauh
berbeda dengan komunikasi diadik, namun hanya yang membedakan adalah jumlah
personil yang terlibat lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan komunikasi
secara diadik. Kecondongan komunikasi triadik, biasanya terjadi pada komunikasi
kelompok atau komunikasi massa. Komunikasi triadik adalah
komunikasi antarpribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga orang,
yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi
triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan
perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan
sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Berdasarkan definisi tersebut dapat
diidentifikasi empat elemen dasar komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Pribadi-pribadi yang
melakukan komunikasi yang berperan sekaligus sebagai pengirim pesan (sender)
dan penerima pesan (receiver),
2. Pesan atau materi apa
yang disampaikan (message),
3. Media yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan serta
4. Tujuan pesan
disampaikan atau efek apa yang diharapkan setelah pesan diterima (effect).
Karakteristik Komunikasi
Interpersonal (interpersonal communication)
Ada tujuh karakteristik yang
menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi
interpersonal. Tujuh karakteristik komunikasi antar pribadi itu adalah
(Hardjana, 2007: 86-90):
Pertama, melibatkan di
dalamnya perilaku verbal dan non verbal.
Kedua, melibatkan
perilaku spontan, tepat, dan rasional.
Ketiga, komunikasi antar
pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.
Ke-empat, melibatkan
umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan yang satu
harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
Kelima, komunikasi antar
pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Ke-enam, komunikasi antar
pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. Ketujuh, melibatkan di dalamnya
bidang persuasif.
Tujuan Komunikasi Interpersonal,
Komunkasi antar pribadi dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan dilakukannya komunikasi komunikasi
interpersonal adalah:
1. Untuk menyampaikan
informasi,
2. Untuk berbagi
pengalaman,
3. Untuk mengembangkan
simpati,
4. Untuk melakukan kerja
sama,
5. Untuk mengembangkan
motivasi, dan
6. Untuk mengungkapkan
isi hati, ide, dst.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi Interpersonal
Dalam komunikasi interpersonal
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi
interpersonal; dan hubungan interpersonal. Artinya Persepsi adalah memberikan
makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi
interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal
dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan
dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi,
seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan
mengakibat kegagalan komunikasi. Sedangkan Konsep diri adalah pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima
hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan
mengatasi masalah;
b. Merasa setara dengan
orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa
setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi antar pribadi.
Apabila dibandingkan
dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena
komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia
dapat menguasaiframe of reference komunikan sepenuhnya, juga
umpan balik yang berlangsung kedua faktor yang sangat berpengaruh
terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Walaupun
demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, misalnya
komunikasi kelompok dan komunikasi massa, komunikasi triadik karena merupakan
komunikasi antarpribadi lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikaf,
opini, atau prilaku komunikan (Effendy, 2003).
Tahapan proses komunikasi adalah
sebagai berikut:
1. Penginterpretasian.
2. Penyandian.
3. Pengiriman.
4. Perjalanan.
5. Penerimaan.
6. Penyandian balik.
7. Penginterpretasian.
C.
Homophily.
Komunikasi yang
efektif menurut Mc. Crosky, Larson, dan Knapa dalam Effendy
(2003) dapat dicapai dengan mengusahakan akurasi yang paling tinggi
derajatnya dalam setiap situasi .
Untuk kesamaan dan
tidak kesamaan dalam derajat kesamaan komunikator dan komunikan dalam proses
komunikasi, Everett M. Rogers dalam Effendy (2003) mengetengahkan
istilah homophily danheterophily yang dapat memperjelas
hubungan komunikator dan komunikan dalam proses antarpribadi.
Istilah homophily berasal dari perkataan
Yunani ”homolos” yang berarti ”sama” . Jadi secara harfiah,
homophily berarti komunikasi dengan orang yang sama. Sehingga
lebih jelasnya Homophily adalah
sebuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan
perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam
sifatnya, seperti kepercayaan, nilai, peserta didikan, status
sosial dan sebagainya.
Homophily dan komunikasi efektif
saling memperkuat satu sama lain. Lebih sering berkomunikasi, lebih besar
kemungkinan untuk menjadi homophily. Lebih bersifat homophily lebih besar
kemungkinan untuk berkomunikasi secara efektif. Orang yang mengingkari
homophily dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengannya
dikecewakan oleh komunikasi yang tidak efektif.
Dalam suatu sistem, homophily
dapat menjadi rintangan bagi lajunya pembaruan yang cepat. Ide-ide baru
biasanya masuk melalui anggota-anggota masyarakat yang statusnya lebih tinggi
dan lebi berdaya inovasi. Menurut Lazarsfeld dan Merton, homophily dapat
merupakan hasil dari interaksi atau merupakan dasar bagi pemilihan untuk
berinteraksi. Dalam komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh mempengaruhi
antara kedua pihak dan lebih merupakan proses yang terus berlangsung daripada
merupakan peristiwa yang statis.
Prinsip homophily
merupakan salah satu prinsip berkomunikasi dimana komunikator dan komunikan
atau pembicara dan khalayak atau lawan bicara merasa berada dalam persamaan.
Sedangkan heterophily sebaliknya yaitu ketika pembicara dan khalayak atau lawan
bicara berada dalam suasana perbedaan.
Ilustrasi:
Ketika
melakukan kegiatan presentasi proposal kerjasama dengan pemimpin perusahaan
yang berasal dari Yogyakarta dan terkenal sangat santun sesuai dengan
budayanya, maka Anton melakukan presentasi dengan santun, tapi jelas dan pasti.
Hal ini membuat pemimpin perusahaan tersebut sangat terkesan dan menerima
proposal yang dipresentasikan. Hal yang berbeda dengan presentasi yang
dilakukan dalam prinsip heterophily seperti yang dialaminya tahun lalu, ketika
itu ia mempresentasikan proposalnya dengan lugas, banyak menggunakan bahasa
Inggris dan banyak mengambil contoh kasus di Amerika. Presentasinya tidak
begitu disukai dan proposalnya tidak begitu disukai dan proposalnya ditolak
mentah – mentah.
D.
Heterophily.
Istilah
heterophily merupakan kebalikan dari homophily. Heterophily adalah suatu
keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses
komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.
Faktor
yang menyebabkan terjadinya heterophily adalah karena ada perubahan dan
perkembangan masyarakat yang menyebabkan banyak nilai-nilai berubah tapi ada
yang tetap mempertahankan nilai lama. Disamping itu perkembangan masyarakat
tersebut tidak memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh anggota
masyarakatnya dalam hal pendidkan maupun peningkatan penghasilan, hanya untuk
orang-orang yang mempunyai potensi dan pandai memanfaatkan peluang dan
kesempatan saja.
Orang
yang mengingkari homophily dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang yang
berbeda dengannya dapat dikecewakan oleh komunikasi yang efektif. Misalnya
seorang change agent pada penduduk
petani di negara-negara yang sedang berkembang menjumpai masalah-masalah yang
disebabkan komunikasi dengan penduduk yang jauh berbeda dengannya. Perbedaan
dalam kemampuan teknis, status sosial, sikap, dan kepercayaan, kesemuanya itu
menyebabkan adanya heterophily dalam bahasa dan pengertian, yang selanjutnya
menyebabkan pesan yang disampaikan kepada mereka diabaikan.
Heterophily
seperti tersebut di atas seringkali menjurus ke komunikasi yang tidak efektif
antara komunikator dan komunikan, antara change agent dengan penduduk, dan juga
menyebabkan gagalnya suatu kampanye penyebaran inovasi. Salah satu akibat dari
heterophily yang tinggi derajatnya dalam penyebaran adalah bahwa change agent
cenderung untuk berinteraksi paling efektif dengan penduduk yang secara relatif
sangat menyamai change agent dalam daya pembaharuan, status sosial, dan
kepercayan.
Untuk
menjembatani jurang heterophily antara change agent dan penduduk maka change
agent harus mengkonsentrasikan uasahanya terlebih dahulu pada pemuka pendapat (opinion leader). Tetapi jika pemuka
pendapat tadi terlalu berdaya-inovasi maka heterophily (dan komunikasi yang
mengikutinya) kini terdapat antara pemuka pendapat dengan penduduknya. Hal
lainnya untuk mengatasi heterophily tersebut adalah dengan berusaha menumbuhkan
emphaty.
Seperti
telah dijelaskan, kebanyakan komunikasi yang bersifat heterophily adalah
komunikasi yang tidak efektif. Tetapi beberapa guru di pedesaan di Amerika
Serikat telah sukses dalam komunikasinya. Kenapa? Salah satu sebab adalah
kemampuan emphatic pihak komunikator. Jika seorang komunikator mempunyai
emphaty yang mendalam dengan komunikan yang hetero, maka komunikator dan
komunikan benar-benar berada dalam situasi homophily. Dengan demikian,
penjelasan mengenai heterophily dan komunikasi tidak efektif menghendaki
modifikasi sebagai berikut komunikasi heterophily kurang efektif dibandingkan
komunikasi homophily, kecuali kalau komunikator mempunyai derajat emphaty yang
tinggi dengan komunikan.
E.
Empathy.
Empathy
adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang tengah
dihadapi orang lain. Anda mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai kondisi psikologis lawan
bicara. Ber-Empati anda harus menempatkan diri sebagai pendengar yang
baik, bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Stephen R Covey
menjelaskan salah satu dari tujuh kebiasaan manusia efektif adalah mengerti
terlebih dahulu sebelum dimengerti (Seek
First to Understand). Jadi
kembangkan prinsip ini dengan baik banyaklah mendengar dan memahami dengan
begitu orang lain juga akan mudah mendengar dan memahami kita.
Menurut Sigmund Freud: ìManusia tidak dapat menyimpan
rahasia. Jika bibir mereka diam, mereka akan berbicara melalui jemari mereka.
Kebenaran memaksakan diri keluar lewat setiap poriî. Memang, orang jarang mengungkapkan
perasaan mereka lewat kata-kata. Lebih sering mereka memberitahu kita melalui
nada suara, ekspresi wajah, atau cara-cara nonverbal lainnya. Kemampuan kita
dalam mengindera perasaan seseorang tanpa yang bersangkutan mengatakannya
merupakan intisari empati.
Jenis-jenis Empati:
1. Empati Kognitif: Mengetahui emosi
atau suasana hati orang lain.
2. Empati Afektif: Masuk ke dalam
pengalaman subjektif orang lain.
3. Empati Konatif: Melakukan sesuatu
seolah-olah ia berada dalam posisi orang itu.
Ciri-ciri Empati:
1. Ikut merasakan.
2. Dibangun berdasarkan kesadaran diri.
3. Peka terhadap bahasa nonverbal.
4. Mengambil peran.
5. Tidak larut atau tetap kontrol emosi
diri.
Tingkat-tingkat Mendengar:
1. Mengabaikan.
2. Pura-pura mendengar.
3. Mendengar secara selektif.
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Mendengarkan secara empatik.
Kiat Mendengar secara Empatik
1. Menunjukkan perhatian penuh.
2. Mengatakan kembali isinya.
3. Merefleksikan perasaan.
4. Mengatakan kembali isi serta
merefleksikan perasaan.
Empati Star Performer:
1. Memahami orang lain
·
Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkan
dengan baik.
·
Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif
orang lain.
·
Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan
perasaan orang lain.
2. Mengembangkan orang lain
·
Mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan, dan
perkembangan orang lain.
·
Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan
mengidentifikasi kebutuhan orang lain untuk berkembang.
·
Menjadi mentor, memberikan pelatihan pada waktu yang
tepat, dan penugasan-penugasan yang menantang serta mendorong dikerahkannya
kemampuan seseorang.
3. Orientasi pelayanan
·
Memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan merespons
semua itu dengan produk atau pelayanan yang tersedia.
·
Mencari berbagai cara untuk memuaskan pelanggan.
·
Dengan senang hati menawarkan bantuan.
·
Menghayati perspektif pelanggan dan bertindak sebagai
penasehat yang dapat dipercaya.
4. Memanfaatkan keragaman
·
Hormat dan mau bergaul dengan orang-orang dari
bermacam-macam latar belakang.
·
Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan
antar kelompok.
·
Memandang keberagaman sebagai peluang, menciptakan
lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju meskipun berbeda-beda.
·
Berani menentang sikap diskriminatif dan intoleran.
5. Kesadaran politik
·
Membaca dengan cermat hubungan-hubungan kekuasaan.
·
Mengenal dengan baik semua jaringan sosial yang
penting.
·
Memahami kekuatan-kekuatan yang membentuk
pandangan-pandangan serta tindakan-tindakan klien, pelanggan atau pesaing.
·
Membaca dengan cermat realitas sosial di dalam atau di
luar organisasi.
entah tulisan anda ini bermanfaat sekali
BalasHapustapi pewarnaannya sangat sampah
terimakasih