Jumat, 28 November 2014

Dasar Dasar Humas (Komunikasi Sebagai Proses Budaya & Politik)

1.      Komunikasi Sebagai Proses Budaya.
Komunikasi adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan semua kehidupan kemanusian, sehingga kadang-kadang kita mengabaikan penyebaran, kepentingan dan kerumitannya. (Littlejohn, 3:2010) Begitu juga dengan budaya, walaupun kita hidup tidak dapat dilepaskan dengan budaya, namun jika kita ditanya bagaimana nilai atau sistem budaya yang kita anut? Kita tidak dapat menjelaskan secara detail karena terlalu luasnya cakupan suatu budaya.
Komunikasi dan budaya seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian sebuah pesan atau gagasan, sedangkan budaya menurut koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Keduanya akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Budaya akan membentuk suatu gagasan yang baru dan akan terus di komunikasikan kepada orang-orang lain. Dalam proses belajar akan muncul gagasan baru dan akan selalu berlanjut membentuk siklus yang tidak pernah berhenti.
Hal lain yang lain yang membuat komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan budaya adalah budaya selalu di teruskan kepada anggota kepada masyarakat lain (E.B Taylor dalam Amri Sihotang, 8 :2010). Kebudayaan selalu akan dikomunikasikan kepada orang lain. Kebudayaan juga akan diteruskan kepada generasi selanjutnya, itu yang akan membuat sebuah kebudayaan akan diteruskan  dari generasi ke generasi.
Koentjaraningrat dalam ilmu sosial budaya dasar (Amri Sihotang, 9:2010) mengemukakan bahwa kebudyaan dapat di golongkan menjadi tiga wujud yaitu : (1) wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, 2 wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, (3) wujud kebudayaan sebagai hasil-karya manusia. Jika kita melihat wujud dari kebudayaan tersebut dan membandingkan kebudayaan di suatu tempat dengan tempat yang lain pasti akan melihat perbedaan yang sangat mencolok.
Setiap kebudayaan mempunyai hasil  kebudayaan yang berbeda dengan yang lain. Masing-masing mempunyai tatanan kehidupan dan nilai-nilai yang berbeda. Kenapa bisa demikian? Keberagaman budaya terjadi karena beberapa hal antara lain manusia memiliki keterbatasan anatomi tubuh, lingkungan geografis, kontak budaya dan lingkungan social yang berbeda. (Amri Sihotang, 10: 2010)  Perbedaan ini akan membentuk budaya yang khas pada suatu tempat.
Salah satu yang dapat dengan mudah diamati adalah perbedaan secara geografis. Masyarakat yang mempunyai lingkungan geografis berbedaakan mempunyai bentuk kebudayaan berbeda pula. Kenapa bisa demikian? Pada dasarnya manusia akan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Manusia akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar  dapat bertahan dan hidup dengan layak. Untuk itu manusia akan selalu berfikir. Bagaimana cara untuk dapat bertahan dan hidup dengan  layak?.
Manusia akan menciptakan alat-alat untuk membantu dalam mempertahankan hidupnya, selain itu juga akan mengembangkan berbagai tata aturan dan nilai-nilai yang akan menjaga agar kehidupan tersebut dapat berjalan dengan baik. walupum bereda-beda namun pada dasarnya setiap kebudayaan mempunyai wujud kebudayaan yang sama di sebut dengan culture universal. Apakah kebudayaan hanya sekedar konsep? Tidak. Paling tidak kebudayaan mempunyai wujud sebagai berikut :
1) wujud sebagai suatu kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia;
2) wujud sebagai suatu kompleks aktivitas; dan
3) wujud sebagai benda.
Melihat wujud kebudayaan tentu secara operasional bisa dilihat dari isi kebudayaan yang sering disebut sebagai cultural universal meliputi :
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata alat produksi, transpor);
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi);
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem perkawinan);
d. Bahasa (lisan maupun tertulis);
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak);
f. Sistem pengetahuan;
g. Religi (sistem kepercayaan).
Kita akan melihat bagaimana lingkungan geografis akan mempengaruhi kebudayaan di suatu tempat. Penulis akan membandingkan kebudayaan masyarakat di pesisir pantai di Sulawesi Selatan dan masyarakat di dataran tinggi Bandungan Kabupaten Semarang.
Dari mata pencaharian, masyarakat pesisir  kebanyak berprofesi sebagai seorang nelayan, sedangkan masyarakat di dataran tinggi sebagai petani.Ternyata jika perhatikan lebih jauh ternyata orang pesisir untuk mencari ikan menggunakan perahu, bentuk perahu tersebut ternyata satu desa nelayan itu sama  yaitu bercadik. Perahu bercadik merupakan wujud dari teknologi yang di kembangkan agar perahu stabil saat terhempas ombak. Penyesuaian ini ada karena ombak di daerah Sulawesi Selatan besar.
            Hal sama juga terjadi di masyarakt Bandungan. Di Bandungan masyarakat yang berprosfesi sebagai petani rata-rata mempunyai jenis tanaman dan cara bertani yang sama. Bagaimana satu desa tersebut mempunyai profesi yang sama sebagai nelayan dan petani, sama-sama mempunyai bentuk perahu yang sama dan mempunyai persamaan yang lain?.
Proses berfikir ternyata yang mendasari munculnya kebudayaan di suatu tempat. Output dari proses ini merupakan gagasan-gagasan baru yang akan di sampaikan kepada orang atau suatu kelompok. Proses berfikir dan menyampaikan gagasan itu merupakan bentuk komunikasi intra persona dan komunikasi inter personal. Gagasan tersebut akan membentuk suatu budaya. Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya (Koentjaraningrat,1997).
Menurut Fern Johnson ternyata secara diam-diam setiap individu mengelola kebudayaan dalam proses berkomunikasi. Ia kemudian mengsulkan enam asumsi atau aksioma dari perspektif bahasa terpusat: (1) Semua komunikasi terjadi dalam kerangka kerja budaya; (2) semua individu diam-diam mengolah pengetahuan kebudayaan yang mereka gunakan untuk berkomunikasi; (3) dalam masyarakat multi kultural, ada ideologi linguistik yang dominan yang menggantikan atau mengesampikan atau mengesampingkan kelompok budaya lain; (4) anggota kelompok yang terpinggirkan mengolah pengetahuan tentang kedua budaya mereka dan budaya dominan; (5) pengetahuan kebudayaan baik yang terpelihara dan lewat begitu saja dan secara konstan berubah; dan (6) ketika semua budaya pendamping, saling memengaruhi dan menggunakan satu sama lain. (Littlejohn, 263:2010).
Jika ditinjau secara lebih kongkrit, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas :
a)      Dalam mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain (komunikasi non verbal) untuk mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan komunikasi massa seperti televisi, surat kabar, radio dan lain-lain.
b)      Komunikasi menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dilakukan lewat televisi misalnya membutuhkan orang yang digaji untuk “mengurusi” televisi.
c)      Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya sistem hukum komunikasi. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam sebuah regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat. Dalam bidang pers, dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud kebebasan pers. Namun, kebebasan pers juga tak serta merta dikembangkan di luar norma masyarkat. Di sinilah perlunya sistem hukum komunikasi.
d)      Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi atau wujud dari komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran adalah manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya. Termasuk di sini juga ada manifestasi komunikasi sebagai proses kesenian misalnya, di televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara (menyanyi, dialog).
e)      Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu pengetahuan ini juga termasuk ilmu tentang berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian, gaya, pengetahuan yang dimiliki menunjukkan realitas tersebut.
Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi obyektivasi antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang membentuk sebuah sistem.
Proses berfikir sebagai proses komunikasi intrapersonal sangat jarang dikaji jika sedang membahas komunikasi dan budaya. Padahal seperti dibahas di awal bahwa budaya merupakan wujud dari gagasan-gagasan yang ada dalam suatu masyarakat. Kita sering lupa bagaimana gagasan tersebut terbentuk dan hanya fokus dalam meyebaran pesan dalam kajian komunikasi.
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah menjelaskan keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit.
Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas.
Bagaimana Komunikasi mempengaruhi Budaya?
Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana komunikasi mempengaruhi budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang.
Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote. Dialek yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre.
Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya.
Komunikasi dengan segala kerumitannya memang jarang kita sadari. Padahal hampir setiap interaksi yang kita lakukan semuanya merupakan wujud dari komunikasi.
Semoga setelah kita mengkaji komunikasi sebagai proses budaya, perspektif kita akan berubah dan menempatkat komunikasi sebagai suatu proses yang penting dalam kehidupan kita.
2.      Komunikasi Sebagai Proses Politik.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR.
Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the political system, political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication,are performed by means of communication.”
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.

· Process by which a nation’s leadership, media, and citizenry exchange and confer meaning upon messages that relate to the conduct of public policy. (Perloff).

· Communication (activity) considered political by virtue of its consequences (actual or potential) which regulate human conduct under the condition of conflict (Dan Nimmo). Kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia dalam kondisi konflik. Cakupan: komunikator (politisi, profesional, aktivis), pesan, persuasi, media, khalayak, dan akibat.

· Communicatory activity considered political by virtue of its consequences, actual, and potential, that it has for the funcioning of political systems (Fagen, 1966).
· Political communication refers to any exchange of symbols or messages that to a significant extent have been shaped by or have consequences for the political system (Meadow, 1980).
· Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –“penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).

· Jack Plano dkk. Kamus Analisa Politik: penyebaran aksi, makna, atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau parpol. Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor parlemen.

· Wikipedia: Political communication is a field of communications that is concerned with politics. Communication often influences political decisions and vice versa.
The field of political communication concern 2 main areas:
1. Election campaigns - Political communications deals with campaigning for elections.
2. Political communications is one of the Government operations. This role is usually fullfiled by the Ministry of Communications and or Information Technology.

· Mochtar Pabotinggi (1993): dalam praktek proses komunikasi politik sering mengalami empat distorsi.
1. Distorsi bahasa sebagai “topeng”; ada euphemism (penghalusan kata); bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti diungkakan Ben Anderson (1966), “bahasa topeng”.
2. Distorsi bahasa sebagai “proyek lupa”; lupa sebagai sesuatu yang dimanipulasikan; lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.”
3. Distorsi bahasa sebagai “representasi”; terjadi bila kita melukiskan sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Contoh: gambaran buruk kaum Muslimin dan orang Arab oleh media Barat.
4. Distorsi bahasa sebagai “ideologi”. Ada dua perspektif yang cenderung menyebarkan distoris ideologi. Pertama, perspektif yang mengidentikkan kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang --monopoli politik kelompok tertentu. Kedua, perspektif yang semata-mata menekankan tujuan tertinggi suatu sistem politik. Mereka yang menganut perspektif ini hanya menitikberatkan pada tujuan tertinggi sebuah sistem politik tanpa mempersoalkan apa yang sesungguhnya dikehendaki rakyat.
Dengan komunikasi, maka realitas, sejarah, tradisi politik bisa dihubungan dan dirangkaikan dari masa lalu untuk dijadikan acuan ke masa depan. Dengan komunikasi sebagai proses politik, berbagai tatanan politik berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat akan berubah. Misalnya, tradisionalisme. Berbagai adopsi tradisi luar juga tidak akan mudah diterima begitu saja dan suatu saat akan mengalami kegagalan seandainya bertentangan dengan tradisi yang sudah ada. Ada beberapa catatan yang bisa ditarik ketika kita memperbincangkan komunikasi sebagai proses politik, yakni sebagai berikut:
  1. Komunikasi memiliki peran signifikan dalam menentukan proses perubahan politik di Indonesia. Ini bisa dilihat dari perubahan format lembaga kepresidenan yang dahulunya sakral kemudian menjadi tidak sakral. Ini semua diakibatkan terbinanya komunikasi politik yang baik antara masyarakat dan pemerintah.
  2. Kita pernah mewarisi komunikasi politik yang tertutup sehingga mengakibatkan ideologi politik yang tidak terbuka. Kemudian timbul penafsiran ada pada pihak penguasa yang mendominasi dan mengontrol semua bagian, sehingga memunculkan hegemoni dan pola atau arus komunikasi top down yang indoktrinatif.
  3. Komunikasi masih dipengaruhi oleh tradisi politik masa lalu. Tradisi politik yang mementingkan keseimbangan, harmoni, dan keserasian masih diwujudkan meskipun dalam kenyataannya tradisi itu justru dijadikan alat legitimasi politik penguasa atas nama stabilitas. Keterpengaruhan ini juga termanifestasikan pada budaya sungkan yang masih kental dalam tradisi komunikasi kita.
  4. Sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang mampu untuk mengalirkan pesan politik (berupa tuntutan dan dukungan) ke pusat kekuasaan untuk diproses. Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik. Ini artinya, komunikasi sebagai proses politik adalah aktivitas tanpa henti.
Komunikasi di dalam Sistem Politik
Sebagaimana diketahui konsep komunikasi politik di dalam ilmu politik telah mengalami perkembangan dalam pengertiannya. Gabriel Almond pernah mengkategorikannya sebagai salah satu dari empat fungsi input sistem politik. Kemudian Alfian, di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Komunikasi politik diibaratkan sebagai sirkulasi darah di dalam tubuh. Bukan darahnya, tapi apa yang terkandung di dalam darah itu yang menjadikan sistem politik itu hidup. Lebih lanjut Alfian menjelaskan komunikasi politik, sebagai layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes, dan dukungan yang berupa aspirasi dan kepentingan, untuk dibawa ke jantung sebagai pusat pemrosesan sistem politik. Lalu hasil pemrosesan itu disimpulkan dalam bentuk fungsi-fungsi output untuk dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback di dalam sistem politik.
Dengan kata lain, komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari sistem politik dan juga masa kini dengan masa lampau, sehingga dengan demikian aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijakan. Apabila komunikasi itu berjalan lancar, wajar, dan sehat, maka sistem politik itu akan mencapai tingkat kualitas responsif yang tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan perubahan zaman. Hal itu biasanya terjadi pada suatu sistem politik yang mampu mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya secara terus-menerus.
Bagaimana komunikasi politik menyambungkan seluruh bagian dari sistem politik? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan contoh berikut ini. Orang tua, sekolah, pemuka agama, dan tokoh masyarakat melalui komunikasi politik menanamkan nilai-nilai ke dalam masyarakat. Para pemimpin organisasi politik dan kelompok kepentingan mengkomunikasikan aspirasi dan kepentingan masyarakat sebagai kehendak mereka serta rekomendasi kebijakan untuk memenuhinya. Setelah menerima informasi dari berbagai pihak, mereka yang bertugas melaksanakan fungsi legislatif membuat undang-undang yang dianggap perlu dan relevan, yang kemudian dikomunikasikan kepada pihak yang berwenang untuk melaksanakannya. Proses pelaksanaannya dikomunikasikan kepada masyarakat dan dinilai oleh masyarakat sehingga penilaian itu dikomunikasikan lagi. Dalam seluruh proses komunikasi politik, media massa baik cetak maupun elektronik, memainkan peran penting, selain saluran-saluran lainnya seperti tatap muka, surat-menyurat, media tradisional, organisasi, keluarga, dan kelompok pergaulan.
Sebagaimana bisa ditinjau, pada setiap bagian dari sistem politik terjadi komunikasi politik, mulai dari proses penanaman nilai (sosialisasi politik atau pendidikan politik) sampai kepada pengartikulasian dan penggabungan aspirasi dan kepentingan, terus kepada proses pengambilan kebijakan, pelaksanaan, dan penghakiman terhadap kebijakan tersebut. Tiap-tiap bagian atau tahap-tahap itu disambungkan pula oleh komunikasi politik.
Demikianlah, secara simultan, timbal-balik, vertikal maupun horizontal dalam suatu sistem politik yang handal, sehat, dan demokratis, komunikasi politik terjadi pada setiap bagian dari keseluruhan sistem politik. Sistem politik seperti itu sudah berhasil menjadikan dirinya sistem politik yang mapan dan handal, yakni sistem politik yang memiliki kualitas kemandirian yang tinggi untuk mengembangkan dirinya secara kontinyu. Itulah sistem politik yang sudah tinggal landas secara self-sustainable.
Lebih jauh bisa digambarkan peranan penting komunikasi politik dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kehandalan suatu sistem politik yang sudah mapan. Ia berperan penting sekali dalam memelihara dan mengembangkan budaya politik yang ada dan berlaku yang telah menjadi landasan yang mantap dari sistem politik yang mapan dan handal itu. Komunikasi politik mentransmisikan nilai-nilai budaya politik yang bersumber dari pandangan hidup atau ideologi bersama masyarakatnya kepada generasi baru (anak-anak, remaja, dan pemuda, termasuk mahasiswa) dan memperkuat proses pembudayaannya dalam diri generasi yang lebih tua. Maka dari itu, budaya politik mampu terpelihara dengan baik, bahkan mungkin berakar dan terus berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bersamaan dengan itu, komunikasi politik bisa menyatu dan menjadi bagian integral dari budaya politik tersebut. Komunikasi politik berakar, hidup, dan berkembang bersama-sama dengan budaya politiknya.
Oliver Garceau (dalam Dan Nimmo, 1994) menulis tentang proses politik sebagai pola interaksi yang berganda, setara, bekerja sama, dan bersaingan yang menghubungkan warga negara partisipan yang aktif dalam posisi utama pembuat keputusan. Serupa dengan Garceau, Nurudin (2004) menyatakan sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang mampu mengalirkan pesan politik (tuntutan dan dukungan) ke kekuasaan untuk diproses. Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik (feedback).
Dalam suatu sistem politik yang demokratis, terdapat subsistem suprastruktur politik (lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif) dan subsistem infrastruktur politik (partai politik, organisasi kemasyarakatan, kelompok kepentingan, dll) –nya. Proses politik berkenaan dengan proses input dan output sistem politik. Dalam model komunikasi politik, dijelaskan bahwa komunikasi politik model input merupakan proses opini berupa gagasan, tuntutan, kritikan, dukungan mengenai suatu isu-isu aktual yang datang dari infrastruktur ditujukan kepada suprastruktur politiknya untuk diproses menjadi suatu keputusan politik (berupa undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan sebagainya). Sedangkan komunikasi politik model output adalah proses penyampaian atau sosialisasi keputusan-keputusan politik dari suprastruktur politik kepada infrastruktur politik dalam suatu sistem politik.
Dewasa ini, contoh proses politik yang paling aktual dalam sistem politik kita adalah isu tentang harga bahan bakar minyak (BBM). Tuntutan-tuntutan pembatalan kenaikan harga BBM dari berbagai kalangan masyarakat (mahasiswa, partai politik, organisasi kemasyarakatan) ditujukan kepada wakil-wakil rakyat mereka yang duduk di DPR dan DPRD, juga kepada pemerintah eksekutif (presiden dan para pembantunya). Kemudian DPR mengadakan sidang paipurna untuk membahas isu ini.
Sebagai proses politik, komunikasi berperan menghubungkan bagian-bagian dari sistem politik. Gabriel Almond (dalam Alfian, 1994) mengibaratkan komunikasi sebagai aliran darah yang mengalirkan pesan-pesan politik yang berupa tuntutan, protes, dukungan ke jantung pemrosesan sistem politik.
Pada tahun 1948, ilmuan politik, Harold D. Laswell mengemukakan bahwa cara mudah untuk menggambarkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut ini:
·         Who
·         Says What (apa yang dibicarakan)
·         In which channel (menggunakan saluran apa)
·         To Whom (kepada siapa)
·         With what effect (bagaimana pengaruhnya).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang biasa terdapat dalam semua komunikasi yaitu adanya:
·         Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
·         Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
·         Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
·         Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
·         Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. 
Menurut Dan Nimmo, Laswellian Formula merupakan formula paling sederhana yang bisa dipakai untuk memahami proses komunikasi politik. Namun Nimmo menilai masih ada dua kekurangan dari rumusan yang dikemukakan Laswell, yakni :
·         Kekurangan pertama terletak pada ” pernyataan dari seseorang kepada seseorang” yang menyiratkan proses komunikasi berlangsung linear. Dalam kenyataannya, komunikasi merupakan tindakan bersama yang yang berlangsung simultan dan silkular antara seseorang dengan orang lain. 
·         Kekurangan kedua adalah penjelasan laswell yang menyiratkan bahwa komunikasi adalah struktur berunsur lima. Dalam kenyatannya tidak ada demarkasi atau perbatasan diantara bagian- bagian proses komunikasi.
Untuk mengatasi kekurangan ini, Nimmo mereformulasi rumusan Laswell menjadi berikut :
Laswell: 
·         Siapa?
·         Mengatakan apa?
·         Kepada siapa?
·         Dengan saluran apa?
·         Dengan akibat apa?
Nimmo:
Siapa?
·         Mengatakan apa?
·         Kepada (dengan) siapa?
·         Dengan saluran (-saluran) apa?
·         Dengan akibat (- akibat) apa?
Adapun model komunikasi yang disebutkan di atas diantaranya:
1)      Model Komunikasi Linier 
Komunikasi dianggap sebagai suatu fungsi linear, karena seseorang mengomunikasikan pesan-pesannya melalui saluran kepada seorang penerima, yang kemudian memberikan umpan balik kepada pengirim. Model linear ini dikembangkan oleh claude Shannon dan waren weaver (1949) atas dasar suatu model mekanis telepon.
2)      Teori Peluru
Model komunikasi massa dikenal sebagai “peluru” atau “jarum suntik”, media massa dianggap sangat perkasa dengan efek yang langsung, dan segera pada khalayak. Komunikator menggunakan media massa untuk menembaki khalayak dengan pesan-pesan persuasif yang tidak dapat mereka tahan. Akan tetapi setelah perang dunia kedua, model peluru kian ditinggalkan, karena khalayak tidaklah pasif seperti peluru, akan tetapi mereka aktif dalam memilih dari isi media massa.
3)      Model Komunikasi Sirkuler
Komunikasi merupakan sebuah proses, orientasi pengertian komunikasi sebagai suatu proses adalah bahwa komunikasi itu proses yang kompleks, berlanjut/continue dan tidak bisa berubah dengan sendirinya. Itulah yang menyebabkan bahwa komunikasi selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Berbicara tentang proses komunikasi tidak lepas dari pola atau bentuk komunikasi yang digunakan,dan factor yang mempengaruhinya serta saluran komunikasi politik apa saja yang digunakan.
Pola-pola Komunikasi Politik
1)      Pola komunikasi vertikal (top down, dari pemimpin kepada yang dipimpin)
2)      Pola komunikasi horizontal (antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok)
3)      Pola komunikasi formal (komunikasi melalui jalur-jalur organisasi formal)
4)      Pola komunikasi informal ( komunikasi melalui pertemuan atau tatap muka, tidak mengikuti prosedur atau jalur-jalur organisasi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola-pola komunikasi politik
1)      Faktor fisik (alam)
2)      Faktor teknologi
3)      Faktor ekonomis
4)      Faktor sosiokultural (pendidikan, budaya)
5)      Faktor politis
Saluran Komunikasi Politik
1)      Komunikasi Massa yaitu komunikasi ’satu-kepada-banyak’. Contoh : komunikasi melalui media massa.
2)      Komunikasi Tatap Muka yaitu dalam rapat umum, konferensi pers, dan Komunikasi Berperantara yaitu ada perantara antara komunikator dan khalayak, contoh TV.
3)      Komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi ’satu-kepada-satu’ contohnya door to door visit, temui publik atau Komunikasi Berperantara yaitu pasang sambungan langsung ‘hotline’ buat publik.
4)      Komunikasi Organisasi yaitu gabungan komunikasi ’satu-kepada-satu’ dan ’satu-kepada-banyak’: Komunikasi Tatap Muka, contohnya diskusi tatap muka dengan bawahan/staf dan Komunikasi Berperantara contohnya pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, newsletter, lokakarya.
Komponen-komponen Sistem Komunikasi Politik
1)      Lembaga-lembaga politik dalam aspek-aspek komunikasinya.
2)      Institusi-institusi media dalam aspek-aspek politiknya.
3)      Orientasi khalayak terhadap komunikasi politik.
4)      Aspek-aspek budaya politik yang relevan dengan komunikasi. (Gurevitch dan Blumler).
Perangkat Komunikasi politik sendiri terdiri dari:
1)      Komunikator politik yaitu personal, kelompok, lembaga, atau negara
2)      Komunikan politik yaitu masyarakat lingkup kecil atau masyarakat umum.
3)      Pesan politik yaitu kampanye, propaganda.
4)      Media Politik yaitu mimbar, Pers, Elektrotik dll.
5)      Efek yaitu persuasif dan koersif.
            Sumber (komunikator) dalam komunikasi politik
Individual
Kolektif
Pejabat (birokrat)
Pemerintah (birokrasi)
Politisi
Partai politik
Pemimpin opini
Organisasi kemasyarakatan
Jurnalis
Media massa
Aktivis
Kelompok penekan
Lobbyist
Kelompok elite
Pemimpin
Badan/perusahaan komunikasi (media massa)
Komunikator profesional

Komunikator Politik
1)      Politisi, komunikator profesional, atau aktivis merupakan komunikator kunci dalam komunikasi politik.
2)      Para politisi mewakili aktor yang berusaha memajukan kelompoknya.
Kesimpulan
Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas (kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas tertentu). Dan pada akhirnya, komunikasi yang dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik misalnya hasil karya seperti sebuah bangunan.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asumsinya dasarnya komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain, tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, anda berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia secara tidak langsung anda sedang berkomunikasi berdasarkam kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian komunikasi juga disebut sebagai proses budaya.
Jadi, setiap orang yang berkomunikasi antar budaya setidaknya bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan, dan sikap. Menempatkan diri pada posisi lawan bicara yang berasal dari budaya yang berbeda, bersikap spontan dan deskriptif, mengkomunikasikan sikap positif, menganggap berkomunikasi adalah kesetaraan, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi serta tidak sombong.
Sedangkan komunikasi politik berasal dari dua kata yaitu komunikasi dan politik. Komunikasi adalah Proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, dengan cara menggunakan media sebagai kemasan informasi atau melalui transmisi secara simbolik, sehingga informasi mudah difahami dan pada akhirnya mereka saling memiliki kesamaan persepsi. Sedangkan politik adalah sebuah upaya untuk memperoleh, mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan. Sehingga komunikasi politik bias di artikan sebagai , komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. 
Lalu proses komunikasi politik yaitu proses penyampaian pesan – pesan politik yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah oleh aktor-aktor politik kepada komunikan ( personal, publik, khalayak ) melalui media atau saluran-saluran komunikasi politik sehingga di hasilkan tanggapan atau feedback dari komunikan. Komponen-komponen komunikasi politik yaitu: 
1)      Komunikator politik yaitu personal, kelompok, lembaga, atau negara.
2)      Komunikan politik yaitu masyarakat lingkup kecil atau masyarakat umum.
3)      Pesan politik yaitu kampanye, propaganda.
4)      Media Politik yaitu mimbar, Pers, Elektrotik dll.
5)      Efek yaitu persuasif dan koersif.

Daftar Pustaka
Amri, Sihontang, 2010. Ilmu Sosial Budaya Dasar: Semarang: Penerbis Universitas Semarang
Littlejohn, Stephen. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika
Puji Winarso, Heru. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Pestasi Pustaka
Effendy, Onong Uchjana, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Franz, Josef Eliers, 1995, Berkomunikasi Antara Budaya, Nusa Indah, Flores-NTT
Keesing, Roger M., 1981, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, Jakarta: Erlangga
Mulyana, Deddy & Rakhmat, J., 1993, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
Alfian, 1994, Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta
Dan Nimmo, 1984, Komunikasi Politik, Rosdakarya, Bandung
Nurudin , 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication 6th, Longman



Tidak ada komentar:

Posting Komentar